Blog

Kenapa Harus Mainin Lagu Jadul?

(Khusus buat Hilman bacanya gini:
Kenapa Rock in Rabu Kayu Manis Harus Mengangkat Topik Lagu Daur Ulang)














Pertanyaan gak penting yang selalu kepikiran belakangan ini. Entah kenapa gw selalu merasa ada sensasi luar biasa... tsah sensasi... pas nemu lagu asli dari lagu yang biasa gw denger dari band-band favorit gw. Sensasi itu juga muncul, walaupun dengan kadar yang tidak terlalu besar, saat gw denger sebuah lagu lama yang dimainkan musisi masa kini, atau minimal dimainkan dengan gaya masa kini.

Ini contohnya Man... eh teman-teman... Stairway to Heaven Led Zeppelin yang sangat berasa jadi up to date setelah dimainin White Skull, Sabra Cadabra Black Sabbath yang jadi ciamik setelah dipoles Metallica, Funeral for a Friend (Love Lies Bleeding) Elton John yang jadi cuaaantik tenan oleh Dream Theater, Hair of the Dog Nazareth atau Simpathy for the Devil The Rolling Stones oleh Guns N’ Roses, dan Under Pressure Queen oleh The Used & My Chemical Romance.

Kembali ke urusan sensasi. Pernah denger Girl from Ipanema? Atau Little Wing-nya Jimi Hendrix yang dimainin Eric Clapton, Skid Row, atau The Corrs? Atau Knockin on Heavens Door Bob Dylan yang udah dimainin musisi-musisi beken seperti Bob Marley, Guns N’ Roses, Eric Clapton, sampe Sheryl Crow. Gila, walaupun rada panjang ceritanya kalo harus dibuktikan di sini, setidaknya gw yakin pernah denger lagu-lagu itu dari lima musisi beken yang berbeda. Dari yang maininnya pake penyanyi sampe yang cuman bermodal instrumen doang juga ada.


Apa lagu-lagu itu cukup sulit dimainkan? Gw rasa lagu itu tidaklah sesulit dan sepenting komposisi Franz Liszt yang dimainkan Christiaan Kuyvenhoven asal Belanda ketika berhasil duduk di posisi ketiga kompetisi 7th International Franz Liszt di Utrecht tempo hari (si Christiaan ini bikin bangga Belanda lho). Menurut Pak Agung Setyahadi yang bikin berita, lagu itu memang sangat sulit sehingga setiap kontestan harus mengikuti masterclass sebelum ikut lomba. “Saya sendiri latihan 8 jam dalam sehari dan mengikuti berbagai kontes untuk mempersiapkan diri mengikuti kompetisi ini,” kata Christiaan di Kompas hari Selasa kemaren. Jelas Girl from Ipanema, Little Wing, atau Knockin on Heavens Door tidaklah sesulit komposisi Pak Franz. Setidaknya pendengar musik pop tidak menuntut kesempurnaan teknik seperti halnya musik klasik. Namanya juga musik pop. Lalu apa sih untungnya memainkan lagu itu?

Ada dua tesis, plus satu tesis cadangan, dan beberapa pertanyaan yang kepikiran di malam dingin tanpa kopi hangat ini. Pertama, lagu lama asal ngetop bisa menaikkan citra penyanyi baru atau penyanyi lama dan tidak ngetop. Misalnya, siapa sih yang kenal Chantal Kreviazuk sebelum nyanyiin lagu Livin on a Jet Plane-nya John Denver? Atau Cake sebelum I Will Survive-nya Gloria Gaynor? Ya kan? Ya kan? Ya gak sih?


Atau ini deh, AZ Yet sebelum nyanyiin lagu Hard To Me To Say I’m Sorry-nya Chicago? Whitney Houston aja jadi beken surbeken karena I Will Always Love You-nya Dolly Parton. Atau lagi, di dalam negeri, siapa sih yang kenal Ello sebelum dia nyanyiin lagu Pergi Untuk Kembali? Atau Junior sebelum nyanyi ulang lagu-lagu bokapnya?
Hayo Faith No More hitsnya apa hayoooo. Yang bisa jawab selain Easy-nya Lionel Richie dan I Started A Joke-nya Bee Gees ngacung!


















Tesis kedua, artis yang keburu beken pengen bernostalgia dengan lagu-lagu jagoan semasa kecilnya dulu. Ini persis seperti yang dilakukan Guns N’ Roses dan Metallica yang akhirnya merilis album yang isinya lagu orang semua. Malah Metallica bikin dobel album Garage Inc., yang isinya lagu-lagu yang biasa mereka mainkan di sesi latihan di garasi orang tua Mas James Hetfield. Yang lebih ngaco lagi, atau udah bener-bener dibutakan oleh cinta, Dream Theater malah pernah manggung dan menyanyikan satu album full tembang-tembang garang dalam album Master of Puppets buah karya Metallica. Aksi panggung itu dikumpulin lalu dibuat satu album. Album itu diedarkan terbatas dan hanya orang-orang tertentu yang punya MP3-nya komplet...(sambil naik2in alis sendiri hehehe).

Sebenernya ada satu tesis lagi cuman entah kenapa rasa-rasanya kurang sreg aja kalo harus dijejerkan dengan dua tesis sebelumnya. Tesis terakhir ini adalah lagu lama sangat menguntungkan label rekaman apabila dimainkan oleh band-band kelas menengah yang kurang ngetop. Bisa win-win solution sih. Cuman inisiatif besar kemungkinan datang dari label. Setelah ada itung2an bisnis, muncullah album kompilasi itu. Atau bisa juga inisiatif dari dari pihak lain, seperti iTunes yang memasang My Chemical Romance dan The Used untuk memainkan lagu lama ciptaan Queen dan David Bowie yakni Under Pressure. Walhasil, muncullah Under Pressure bergaya punk masa kini.

Lalu gimana ceritanya dengan Paul Anka yang dengan gaya flamboyan, hangat, dan ngangenin... halah... iseng mainin lagu-lagu rock dengan irama swing? Atau, gimana dengan Beatallica yang mengaransemen (baca: mencampur-aduk) lagu Beatles sekaligus Metallica jadi satu lagu? Gw pikir perlu diadakan seminar gak penting di Kayu Manis yang khusus membicarakan hal ini. Sementara itu marilah kita dengarkan Mas Sid Vicious yang rocker itu melantunkan
My Way yang swing itu dengan gaya punk....hmmm mungkin ini motif Pak Paul Anka bikin album rock swing... balas dendam!

No comments: