vivat donkeekong

Intisari Sepeda di Belanda















Setelah seharian baca Intisari, akhirnya gw mengambil kesimpulan bahwa artikel yang paling menarik di Intisari edisi Agustus 2006 ini adalah Ritual Bersepeda di Belanda. Lalu, runner up-nya adalah Dewi Matahari Menanti Bayi Laki-Laki (artikel tentang pusingnya Puteri Masako karena tidak kunjung melahirkan anak laki-laki buat meneruskan kekaisaran Jepang), setelah itu fakta bahwa Mas Seno Gumira ternyata jago foto, dan terungkapnya sebuah kebenaran di kepala gw, bahwa Mas Mayong itu ternyata wartawan Intisari to. Hehehe gw pikir doi wartawan tabloid Bola. Kayaknya dulu gitu deh, sebelum doi menikah sama Nurul Arifin, ya kan? Eh apa yang di Bola itu pacarnya Syaharani ya? Lah trus Puput Novel pacaran sama siapa? Dian Sastro masih ama Abi kan? Eh mosok sih Nana Mirdad itu udah hamil? Waaaa.

Sudahlah. Pokoknya artikel tentang sepeda-sepeda di Belanda itu seru banget. Lumayan inspiratif, menggugah, selama dilakukan di koridor-koridor bikeway (gak ngerti kan? Makanya terusin baca... lho kok maksa? hehehe)

Tersebutlah Pak Ir. Danny Lim si penulis, yang entah kenapa kok bisa jalan-jalan ke Belanda, yang berani-beraninya menyebut Belanda sekarang juga punya julukan Negeri Sepeda yang jauh sekali dari bayangan romantis seperti julukan yang biasa kita kenal... Negeri Kincir Angin... serrrr. (Itung deh yang, “yang”-nya ada berapa)

Pak Danny cerita gini, di negeri yang isinya cuman 16,3 juta orang itu hiduplah 18 juta sepeda yang sama artinya dengan 1.100 sepeda untuk 1.000 orang penduduk. Bayangin dulu tuh...













Luar biasa!

Trus bayangin lagi deh kalo saja bos-bos Wim Cycle baca Intisari. Atau mas-mas di Pasar Rumput juga baca Intisari...

Hehehe. Saingan Belanda cuma Jerman yang punya 900 sepeda untuk 1.000 orang penduduk. Pak Danny juga pamer data yang entah dari mana dia dapet, yang bilang setiap orang di Belanda rata-rata mengayuh sepedanya sejauh 1.019 km setahun.

Jarak bukan masalah kata Pak Danny. Untuk yang jaraknya jauh, kayak Beji-Mangga Dua, misalnya. Orang-orang Belanda itu bakal naik sepeda ke stasiun Depok Baru, trus naik kereta, dan melanjutkan dengan bersepeda ke Mangga Dua dari stasiun BOS di Kota (bukan BEOS seperti kata abang-abang di glodok. BOS: Bataviasche Ooster Spoorweg tsah). Kebanyakan di antara mereka punya dua sepeda atau sepeda lipat yang bisa dibawa di dalam kereta. Makanya seperti foto berikut, pemandangan lautan sepeda sangat jamak ditemui di setiap parkiran gratis di dekat stasiun.















Pemerintah kota malah membuat jalur khusus untuk pengendara sepeda yang mirip-mirip jalur bus (busway), bedanya yang ini jarang mogok. Yang paling seru adalah kutipan tentang angka kecelakaan di dunia persepedaan Belanda ini. Tercatat 80 persen penyebab kecelakaan bukan karena tabrakan melainkan terjatuh sendiri dari sepeda. 9.200 kecelakaan terjadi pada anak-anak. 7.000 anak jatuh dari sepeda dan sisanya nabrak tiang listrik, nyerempet trotoar, atau nabrak tembok hehehe.

Pak Danny juga cerita saking demennya tu orang-orang Belanda ama sepeda, mereka bahkan punya acara makan bersama pake sepeda. Jadi kalau perlu, untuk acara makan malam bersama, mereka membawa sepeda ke resto-resto favorit... aiiih lucunya. Kebayang tuh kalo jemput pacar pake sepeda hehehe, kayak film Janur Kuning kekekekekkkk... (biar pas, soundtracknya... Sepasang Mata Bola... halah).

Begitulah cerita Pak Danny tentang kehidupan bersepeda di Negeri Sepeda Kincir Angin. Pesan yang bisa dipetik tentu saja tidak ada. Kecuali kalo situ pengen bersepeda menembus asap Metromini, PPD, Bajaj, dan motor 2 tak. Seperti Asbak temen gw yang selalu punya energi berlebih kalo malem-malem pas mo serangan fajar gitu ama bininya cuman dikasih punggung, maka... keesokan paginya doi pun nekat ke kantor naik sepeda dari Tanjung Barat, Pasar Minggu, ke Kelapa Gading. Tapi udah gitu... teteup aja gak mau ngaku. Jawabnya selalu gitu, “Biar sehat, gak kayak lu!” sambil mulai pelan-pelan minta maaf terus cerita kalo dia belakangan ini juga suka ikut-ikutan pusing kayak Puteri Masako. Soalnya, si otong udah merengek-rengek minta adik... halah hehehe.