panduan memahami kopi dan kami
I love coffee
I love tea
I love the java jive and it loves me
Coffee and tea... and the java and me
A cup... a cup... a cup... a cup... a cup...
Boy!
Jam 7.00
Bangun! Jam 7 sekarang. Buruan! BOY!
Anita membuka tirai lebar-lebar. Pagi menyeruak masuk.
Di atas dipan Boy menggeliat sekali lagi. Ia menarik selimut. Dan hap, dia balik badan menjauhi matahari. Lep, kepalanya menyusup ke balik selimut.
Ah, bodo!
Anita meninggalkannya sendirian di ranjang. Tapi suaranya tinggal di situ.
Pokoknya gw udah bangunin, mo molor terus sampe siang... terserah!
8.30
Boy melirik jam di meja sebelah ranjang.
Anjrit!
Sset... bergegas dia bangkit. Sambil berdiri dia menengok ranjangnya. Berantakan. Malam itu seisi kamar ada di atas ranjang. Monitor notebook masih menyala. “Buat Ardian yang Pengin Bikin Kompilasi,” kata kalimat di monitor.
8.42
Ssssh... uap masih mengepul di bibir teko. Boy mengembalikannya ke tatakan coffeemaker, kasar. Di meja dapur Anita sudah rapi, meski masih mengenakan pakaian yang semalam. Ia masih membaca berita semalam di koran saat Boy menghirup kopi dan menyalakan TV.
Dateng jam brapa semalem?
Jam 2an.
Gak tidur?
Kamu ngorok gitu gimana gw tidur?
Ya ngorok juga dong, biar gak kedengeran.
...
Trus ngapain semaleman? Ngintipin gw tidur? Atau jangan-jangan...
Apa siiiy? Eh tadi pas kamu mandi Ardian telpon. Dia bilang dia datang agak siang. Jadi kamu duluan aja ngedit. Entar pas online dia yang lanjutin.
Ha? Enak bener tu kodok. Sialan. Lagian siapa suruh angkat-angkat telpon sih? Cuman dia yang nelpon kalo pagi-pagi gini.
Dia nelpon ke rumah tauk. Mana gw tau itu dia. Kali aja mama kamu yang nelpon, kangen. Hehehe.
Geblek. Emak gw doyannya SMS. SMS-nya juga pasti gitu. “D-M-N M-A-S? S-H-T 2 K-A-N? G-B-U”. Trus biasanya gw bales. “kantor,sehat,ma.gb U2”.
Ha?
Iya, gb UB40 2
Hahahaha.
...
Hei, Boy. Gw kangen ngobrol pagi-pagi ama kamu.
The coffee or the conversation? Hehehe
Hahaha Saint Caffeine...? Gw tau lagu itu.
Ya, bless whom... errr... worship thee... cup of coffee
Hahaha
11.30
From: A Nita
“Lunch bareng ya, Boy”
11.32
From: A Nita
“Ok, jam 1. Gw tunggu ya Boy.
11.38
From: A Nita
“Boy, sibuk gak? Telp kamu boleh?
11.39
From: Kantor Ardian
“Boy, dah kelar offline? Lo tlg trusin online ya. Gw kabur ke luar kota. Lo tau kenapa. Thx bro”
1.35
From: A Nita
“Boy, di mana?”
2.20
From: A Nita
“Boy, gw ke rumah ntar mlm”
2.55
From: A Nita
“Boy, please call me”
3.00
From: Boy
“Gw di Vipuj skrg. Mo mampir? Ada kopi, senwits, and me : )”
4.20
Pesen apa, Nit?
Gak ada kopi biasa ya? Beralkohol semua.
Ada. Black coffee, coffee stain. Atau kalo doyan dangdut ada coffee rhumba tu. Hehehe.
OK gw coffee rhumba.
Hahaha.
Boy, gw pengin cerita sesuatu. Tapi gak di sini. Kita jalan aja, ya. Mau, ya? Please...
Sore itu segala sesuatu bergerak. Tapi di jalan kecil itu hanya saya dan Anita. Tidak ada yang terlalu penting untuk didengarkan, apalagi disimak. Dia bercerita panjang. Mungkin karena hatinya galau atau entahlah. Tangannya di menggenggam tangan saya sepanjang jalan itu. Kami berjalan lama. Sebenarnya hanya itu yang terpenting. Saya biarkan ia membawa kami entah ke mana. Saya tahu masalahnya dan saya tahu pemecahannya. Tapi bukan itu yang terpenting. Sore itu kami berjalan bersama. Saya tidak peduli kalau di jalan yang ramai itu tidak ada sesuatu pun yang bergerak. Di bangku taman kami berhenti. Dia bicara. Dan saya mendengar suara angin ketika mobil-mobil lewat, orang-orang berlalu, dan gerak bibirnya.
Gw gak pernah ngerti dia, Boy. Dia selalu bikin hal gampang jadi lebih sulit. Semua orang cuman bisa bilang, “Ardian memang susah dipahami.” Tapi gak ada yang bisa bantu gw. Gw benci mereka semua, tapi gw gak bisa lepas dari dia. Kamu kan tau kenapa.
Di bangku itu saya duduk dengan tangannya di pangkuan.
3.00
Ssssh... teko itu mendesis lagi. Secangkir kopi untuk malam ini. Di sofa Anita tidur pulas. Sayang, A Nita, kamu tidak pernah tahu A itu untuk yang pertama.
your breath is sweet
your eyes are like jewels in the sky
your back is straight, your hair is smooth
on the pillow where you lie
but I don’t sense affection
no gratitude or love
your loyalty is not to me
but to the stars above
one more cup of coffee for the road
one more cup of coffee ‘fore I go
(to the valley below)
coffeemak'er
java jive-manhattan transfer
coffee and TV-blur
coffee and conversation-joni mitchell
saint caffeine-john gorka
a cup of coffee, sandwich, and you-barbershop quartet
black coffee-peggy lee
coffee stain-sarah harmer
coffee rhumba-the peanuts
coffee in the morning and kisses in the night-the boswell sisters
one more cup of coffee (valley below)-bob dylan
No comments:
Post a Comment