Logo swoosh Nike yang melegenda itu ternyata bikinan mahasiswa desain grafis Portland State University, mbak Carolyn Davidson. Upahnya pun enggak fantastis-fantastis amat. Untuk membuat logo perusahaan—yang pada 2006 diperkirakan meraih pendapatan lebih dari US$ 15 miliar—itu mbak Carolyn menerima amplop berisi US$ 35 pada 1972. Mbak Carolyn dibayar US$ 2 per jam untuk proyek ini. Coba deh bandingkan dengan duit yang diterima Landor buat bikin logo Pertamina sekarang jadi sumpah-deh-masih-enggak-sekeren-Petronas-apalagi-Shell. Tanpa tender Landor ketiban rezeki US$ 255 ribu. Pak Daniel pasti udah enggak berkantor di apartemen penuh kenangan itu lagi.
Toh swoosh dan Nike jadi legenda. Nama besarnya melahirkan legenda-legenda lokal di berbagai komunitas. Seperti legenda keberhasilan endorsement pertama Nike, John McEnroe, petenis bergelar "bad boy" yang disebut-sebut sebagai pahlawan Nike. Lalu ada lagi legenda jawara NBA tanpa lawan, Michael Jordan yang pake Nike. Lalu legenda kampanye Air Jordan yang membuat semua anak sekolah mimpi punya sepatu berteknologi gas.
Di industri periklanan nama Dan Wieden dan Dave Kennedy juga jadi legenda gara-gara bikin slogan “Just Do It”. Biro iklan Wieden+Kennedy pun ikut-ikutan melegenda karena enggak bosen-bosennya bikin iklan keren dan menang di Cannes Advertising Festival. Lalu ada lagi legenda Tiger Woods yang sukses membuat swoosh sekarang jadi pede tampil di lapangan golf. Begitu juga legenda kesebelasan nasional Brasil yang bikin emblem swoosh jadi menjamur di lapangan bola menyaingi Adidas.
Swoosh emang dahsyat. Jauh lebih dahsyat ketimbang pesaing-pesaingnya. Lucunya, istilah swoosh untuk logo Nike itu dulunya disebut the stripe atau tidak beda jauh ama logo sepatu yang sudah terkenal lebih dulu, Adidas dengan three stripes.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment