Blog

Biru-Putih, Goblok!

Ada satu penyebab macet yang mungkin hanya terjadi di Jakarta, tidak di tempat lain. Seperti Jumat sore minggu lalu ketika saya berada di jalan tol dalam kota dari Kelapa Gading menuju Depok. Kemacetan mulai terjadi di sekitar pintu tol Cempaka Putih. Ada banyak teori tanpa bukti yang kami, saya dan sopir kantor, lontarkan sepanjang kemacetan itu.

“Hmmmh Jumat sih, makanya macet,” ujar pak sopir. “Kayaknya ada syuting sinetron deh,” ganti saya memberi argumen dengan wajah serius sambil terus mengamati kencangnya laju kendaraan dari arah berlawanan. Si sopir hanya melirik saya sebentar lalu berkata lagi, “Hari Jumat gini orang-orang pada pulang cepat. Apalagi pas puasa-puasa kayak gini.” Sambil membuka jendela untuk menyalakan rokok saya berkomentar, masih dengan wajah serius, “Mungkin untuk take adegan kemacetan atau adegan kebut-kebutan di tol.” Si sopir sudah tidak bereaksi lagi dan tidak ada argumen baru yang keluar dari mulutnya sampai tiba-tiba ada Terano hitam dengan sirene mengaung-ngaung di belakang kami meminta jalan. Di belakangnya sebuah sedan, juga hitam dengan pelat nomor berseri BS, mengikuti. Kami pun minggir seraya memberi jalan kepada dua kendaraan yang-maunya-dianggap-VIP itu. “Tuuu kan, gw bilang juga apa, noh artisnya baru dateng.” Dengan wajah heran si sopir berkata, “Sekarang anak pejabat banyak yang main sinetron ya, Mas Victor?” Saat itu saya kehabisan kata-kata.

Selewat pintu tol Rawamangun teka-teki itu terjawab. Dari kejauhan tampak terjadi kecelakaan di jalur cepat. Tiga kendaraan ringsek. Sebuah kecelakaan beruntun. Menyadari tidak ada syuting di tempat itu, si sopir kembali diam. Kali ini dia benar-benar diam dengan saya di sebelahnya yang diliputi rasa bersalah.

Setelah TKP, lalu lintas kembali lancar. Tapi berbeda keadaannya dengan jalan di sebelah kanan kami alias dari arah berlawanan. Di sana ada banyak wajah-wajah kesal. Dan semua kendaraan berjalan sangat lambat bahkan nyaris tidak bergerak. Semua itu terjadi hanya karena kendaraan di depan mereka berjalan pelan sambil mengagumi kendaraan ringsek tadi. Bayangkan, kemacetan yang sama sekali tidak beralasan. Hanya karena ingin melihat kendaraan ringsek di jalur yang berlawanan.

Karena kesal dan untuk mengobati rasa bersalah, saya pun berkomentar sok kritis. Sekadar untuk mencairkan suasana. “Gila ya orang Indonesia, segitu herannya ngeliat mobil tabrakan. Bayangin kalo trailer-trailer itu telat sampai pelabuhan atau truk minyak itu telat ngambil minyak di Plumpang, berapa coba duit yang sudah kebuang.” Mendengar itu si sopir langsung komentar, “Namanya juga orang kita, Mas. Kan jarang-jarang liat artis.”

Sejak saat itu saya bersumpah tidak akan bicara apa-apa lagi sampai Depok (padahal di radio ada kuis yang memberi pertanyaan gampang seperti ini: Apa warna kostum kedua kesebelasan nasional Brasil? Dan sopir kantor itu menjawab kesal karena tidak ada pendengar yang menjawab, “Kuning-Ijo, Goblok”). Hmmmppf.

No comments: