Suziiiiiiiiiiiiiie!
Sisi L
Suzie sudah menunggu lama. 10 menit, 20 menit, 45 menit dia masih menunggu. Sekarang dia ganti memangku kaki kiri. Kopinya sudah habis. Pelayan datang karena lambaian. Pesanannya sama seperti yang di atas meja.
Tempat itu ramai, belum lagi genap dua tahun berdiri tapi sudah begitu penuh oleh manusia. Tua-muda, remaja, kanak-kanak. Kebanyakan remaja. Salah satu tempat tujuan wisata malam minggu di ibu kota. Ada pertunjukan musik, tempat makan, bioskop, dan kafe. Di malam-malam tertentu ada peragaan busana di tengah plaza. Tapi hanya diisi oleh para perancang busana kelas menengah. Tidak ada peragaan busana renang tentunya. Sayang, terlalu banyak anak-anak.
Ah, jam sepuluh lebih empat puluh lima menit, Suzie masih di situ. Tidak terasa 1 jam lebih 20 menit berlalu. Kopinya yang baru sudah habis separuh. Seorang lelaki yang dari tadi duduk tak jauh dari situ menghampiri. Bertanya apakah ia boleh menemani Suzie menunggu. Pria itu lantas duduk persis di sebelah Suzie yang sudah ganti memangku kaki kanan.
Lagi nunggu siapa?
Temen.
Kayaknya udah lama?
Iya, tapi sebentar lagi nyampe.
Sudah di-SMS?
Udah tadi, katanya sih udah naik tol.
Ooo.
Sama siapa, Mas?
Sama temen-temen
Ooo itu teman-temannya?
Iya.
Haiii... Suzie melambai. Yang pake baju merah lucu.
Hmm... dia lagi berduka.
Berduka kenapa?
Kemaren sore dia putus.
Ooo.... kirain....
Kamu gak lagi berduka kan? Pake baju merah juga.
Hahaha enggak. Saya udah lama pake baju merah hahaha.
Hahaha bagus.
Kok bagus?
Berarti saya gak perlu takut dipelototin sama yang kamu tunggu.
Hahaha, enggak kok. Cuman temen.
Suzie baru 22. Dia mengaku mahasiswa di perguruan tinggi swasta. Belajar humas katanya. Cantik. 170 cm, rambut hitam sepundak. Malam ini dia mengenakan halter merah, jeans, dan hak tinggi perak. Di lehernya ada liontin berinisial S. Logo Superman.
Boleh minta rokoknya, gak, Mas?
Silakan silakan.
Hmm saya sudah lama berhenti merokok.
Kenapa?
Mau berhenti aja.
Kamu sering jadi model ya?
Kok nanya gitu?
Iya, kelihatannya gitu. Ya, kan?
Gak sering, bantuin temen aja.
Ooo. Suka difoto?
Mas, wartawan ya? Nanya-nanya mulu.
Kalo di sini ada congklak, gw mau maen congklak ama lo.
Hahaha. Iya dee
Suzie memang menawan. Tawanya khas. Tawa itu bakal menarik hidungnya ke atas dan membuat dagunya berkerut lalu menunjukkan barisan giginya. Tapi tawanya tidak berlangsung lama. Suzie tiba-tiba kesal setelah membaca pesan di telepon genggamnya. Pelayan datang setelah lambaian tangannya.
Eh kenapa?
Bete gw.
Gak jadi dateng ya?
Gw dibohongin.
Terus mo ke mana?
Ke mana aja. Yuk?
Ke mana?
Ya, ke mana aja.
Check in, ya?
Rese lo.
Lha terus mo ke mana?
Ke mana aja. Bawa mobil kan?
Terus temen gw?
Suruh tunggu aja.
Hah? Suruh tunggu gimana?
Bilang aja check in sebentar. Hehehe
Lo yang bilang, ya.
Suzie menghampiri meja tak jauh dari sana. Di meja itu ada lima anak muda yang dari tadi memperhatikan mereka. Suzie bicara sebentar dan ia kembali kepada lelaki yang masih berdiri di kafe tadi. Ia menarik tangan lelaki itu.
Teleponnya berdering...
Ya?
...
Aku dah jalan.
...
Sama temen.
...
Sudah ya, aku matiin.
...
Teleponnya kembali berdering...
Lampu merah belok kiri.
Suzie bilang tempat ini dekat rumahnya. Tempat makan itu cukup luas untuk kelas warung tenda di emperan jalan. Parkirannya pun luas. Kebanyakan yang parkir di situ lupa mematikan mesin. Mungkin juga sengaja. Entahlah. Hampir 20 tahun tempat makan itu sudah ada di situ. Terkenal di seantero ibu kota. Sarah Azhari pun pernah terlihat makan roti bakar dan minum susu di tempat itu.
Kayaknya gw pernah liat lo.
Lho, “Mas”-nya ke mana?
Hehehe lo bilang tadi umur kita gak jauh. Gimana sih? Semua cowok itu emang plin-plan.
Enggak kok, buktinya sampai sekarang gw tetep pengen check in.
Dasar.
Emang cowok lo tadi kenapa?
Hah?
Lo bilang tadi semua cowok plin-plan. Biasanya cewek selalu bilang gitu kalo baru ada masalah ama cowoknya. Semua cowok brengsek. Semua cowok gak bisa dipercaya. Ya, kan?
Itu temen. Gak percayaan amat.
OK de. Emang semua cewek jago pura-pura.
Hehehe. Iya deh kayaknya gw pernah liat lo.
Iya deh kayaknya.
Tuuu kan. Di mana ya?
Di bola kristal pas lo ke peramal di Mampang minggu kemarin. Inilah lelaki yang akan membuat hidupmu yang sia-sia itu menjadi berarti, kata peramal. Ya, kan?
Mangsud loooh?
Doyan Superman, ya?
Itu kan namakyu.
Superman? Lha katanya Uci.
Kan Suzie aslinya.
Ah Suziiiiiie namanya.
Telepon genggam Suzie kembali berdering. Sebuah SMS.
Suzie mengisap rokoknya dalam-dalam. Sekarang sudah pukul 3 pagi. Ia membalut tubuhnya dalam selimut. Lelaki itu beranjak dari tempat tidur.
Gw ambil kamera ya?
Buat apa?
Gw mo bersihin lensa sama ngitungin baterainya masih cukup pa enggak. Ya buat motretlah.
Rese lo, gak usah. Buat apa coba?
Gw pengin motret lo lagi gitu. Kan asyik tuh lo bisa.... Tenaaaang, ntar gw...
OK tapi ...
Sip, jangan ke mana-mana.
Tempat itu masih ramai. Seperti tiga minggu lalu. Bedanya, minggu ini “Suzie” tidak sendiri. Ada seorang pria bersamanya. Dari jauh seorang lelaki melambai. “Suzie” tertawa memamerkan giginya.
Kenalin, Mas, ini Syd.
Sisi P
Lelaki itu melirik sekali lagi. Ini adalah kali kesekian ia melirik ke arah gadis itu. Gadis itu duduk sendiri di pelataran kafe. 10 menit, 20 menit, 45 menit mata lelaki itu masih mengintai. Dan gadis itu masih sendiri.
Gadis itu melambaikan tangannya dan pelayan datang menghampiri. Another latte. Matanya sekelebat melirik ke seberang ruangan. Lelaki itu masih di situ bersama lima rekannya. Mereka hanya satu dari sekian banyak kumpulan orang di tempat itu. Dari begitu banyak tempat yang ada, kafe adalah tempat berkumpul yang paling diminati. Meskipun terbilang baru, tempat ini cukup komplet menyediakan sarana hiburan. Selain discotheque, ada resto, bar, arena bermain, dan toko buku.
Ah, jam sebelas kurang seperempat. Para lelaki tadi masih di situ. Dan gadis itu mulai gelisah. Ia memperbaiki cara duduknya. Gadis itu tampak manis bersama cowl-neck halter merah yang dipadu dengan blue jeans. Kakinya yang jenjang dibalut 4 inch wedge heel berwarna perak.
Lelaki itu beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri gadis itu. Gadis itu seakan-akan kaget ketika lelaki itu menyapanya, tapi ia mempersilakan lelaki itu duduk. Gadis itu kembali memperbaiki cara duduknya. Sekarang ia ganti memangku Dollhouse sebelah kanan.
Lagi nunggu siapa?
Temen.
Kayaknya udah lama?
Iya, tapi sebentar lagi nyampe.
Sudah di-SMS?
Udah tadi, katanya sih udah naik tol.
Ooo.
Sama siapa, Mas?
Sama temen-temen
Ooo itu teman-temannya?
Iya.
Haiii... Gadis itu tiba-tiba melambai. Yang pake baju merah lucu.
Hmm... dia lagi berduka.
Berduka kenapa?
Kemaren sore dia putus.
Ooo.... kirain....
Kamu gak lagi berduka kan? Pake baju merah juga.
Hahaha enggak. Saya udah lama pake baju merah hahaha.
Hahaha bagus.
Kok bagus?
Berarti saya gak perlu takut dipelototin sama yang kamu tunggu.
Hahaha, enggak kok. Cuman temen.
Lelaki itu sepertinya belum berkeluarga. Belum ada cincin yang melingkar di jemari. Dia bekerja di sebuah perusahaan milik keluarganya. Dia tampan dan punya tatapan mata yang tajam. Si gadis tampak terpesona. Gerak-geriknya menunjukkan ia suka lelaki itu. Tapi ia sedang menunggu seseorang. Dan seseorang itu mungkin tidak akan datang lagi malam ini. Kali kedua dalam minggu yang sama setelah pertengkaran hebat. Lagi-lagi dia ingkar janji. Sebuah kesalahan besar karena dia tak akan lagi memaafkannya. Tidak kali ini. Dia nyaris menemukan penggantinya. Lelaki tampan yang ada di depannya.
Boleh minta rokoknya, gak, Mas?
Silakan silakan.
Hmm saya sudah lama berhenti merokok.
Kenapa?
Mau berhenti aja.
Kamu sering jadi model ya?
Kok nanya gitu?
Iya, kelihatannya gitu. Ya, kan?
Gak sering, bantuin temen aja.
Ooo. Suka difoto?
Mas, wartawan ya? Nanya-nanya mulu.
Kalo di sini ada congklak, gw mau maen congklak ama lo.
Hahaha. Iya dee
Telepon genggam gadis itu berdering pendek. Sebuah pesan masuk. Pesan dari seseorang yang ia tunggu malam itu. Yup, dia tidak datang lagi. Sebuah bukti, laki-laki itu tidak ingin lagi bersamanya. Gadis itu melambai meminta bill.
Eh kenapa?
Bete gw.
Gak jadi dateng ya?
Gw dibohongin.
Terus mo ke mana?
Ke mana aja. Yuk?
Ke mana?
Ya, ke mana aja.
Check in, ya?
Rese lo.
Lha terus mo ke mana?
Ke mana aja. Bawa mobil kan?
Terus temen gw?
Suruh tunggu aja.
Hah? Suruh tunggu gimana?
Bilang aja check in sebentar. Hehehe
Lo yang bilang, ya.
Si gadis langsung berdiri dan menghampiri teman-teman lelaki itu dan mengatakan bahwa ia tidak akan segera kembali. Teman-teman lelaki itu mempersilakan sambil tertawa-tawa. Gadis itu menarik tangan lelaki tadi.
Teleponnya berdering...
Ya?
...
Aku dah jalan.
...
Sama temen.
...
Sudah ya, aku matiin.
...
Teleponnya kembali berdering...
Gadis itu patah hati. Ia ingin membawa lelaki itu ke rumah kosnya tak jauh dari situ. Tinggal belok kanan di ujung jalan. Dia ingin membuat kekasihnya sakit hati. Dia ingin tidur bersama lelaki yang baru dikenalnya. Yang bahkan tidak diketahui asal-usulnya. Apakah ia benar-benar belum berkeluarga. Apakah ia juga belum punya kekasih. Apakah ia.... Gadis itu menutup rapat-rapat pikirannya. Ia telanjur patah hati.
Sebentar ia ingat liontin yang menggantung di lehernya. Hadiah dari kekasih. Liontin dengan inisial nama. Sepasang yang lain, yang berinisial nama si gadis, dikenakan sang kekasih. Hadiah untuk peringatan 3 tahun hubungan mereka. Masa yang panjang. Tinggal satu tahun lagi sampai mereka menikah. Begitu janji kekasihnya.
Lampu merah belok kiri.
Gadis itu mengurungkan niatnya membawa lelaki itu ke rumah. Ia mengajak lelaki itu makan walaupun perutnya sama sekali tak lagi butuh asupan. Di tempat itu ia hendak mendinginkan pikiran. Ia tak ingin cepat-cepat terbakar emosi. Dua kali ingkar janji tak lalu harus jadi alasan mengorbankan hubungan tiga tahun, bukan?
Kayaknya gw pernah liat lo.
Lho, “Mas”-nya ke mana?
Hehehe lo bilang tadi umur kita gak jauh. Gimana sih? Semua cowok itu emang plin-plan.
Enggak kok, buktinya sampai sekarang gw tetep pengen check in.
Dasar.
Emang cowok lo kenapa?
Hah?
Lo bilang tadi semua cowok plin-plan. Biasanya cewek selalu bilang gitu kalo baru ada masalah ama cowoknya. Semua cowok brengsek. Semua cowok gak bisa dipercaya. Ya, kan?
Itu temen. Gak percayaan amat.
OK de. Emang semua cewek jago pura-pura.
Hehehe. Iya deh kayaknya gw pernah liat lo.
Iya deh kayaknya.
Tuuu kan. Di mana ya?
Di bola kristal pas lo ke peramal di Mampang minggu kemarin. Inilah lelaki yang akan membuat hidupmu yang sia-sia itu menjadi berarti, kata peramal. Ya, kan?
Mangsud loooh?
Doyan Superman, ya?
Itu kan namakyu.
Superman? Lha katanya Uci.
Kan Suzie aslinya.
Ah Suziiiiiie namanya.
Telepon genggam gadis itu berkedap-kedip sambil berbunyi pendek.
Ada pesan masuk.
“From: My Love.
Km pergi sm laki2 manalagi sayang?”
No comments:
Post a Comment