perpaduan antara alunan gitar cantik tempo dulu dan komposisi melodi cepat ala seattle.
ini dia! she's got the jack dan on a plain. selamat menikmati.
"I love myself better than you
I know its wrong so what should I do..."
oiya thanks bgt buat AC/DC ama Nirvana atas minggu yg indah ini!
Saya teringat beberapa tahun silam ada kumpulan sajak yang dibuat Bapak Taufik Ismail tentang betapa malunya beliau jadi orang indonesia. Beliau bilang begini.
I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini
II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road,Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Ulyses dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.
III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomorsatu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masukkantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusatbelanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,sekarang saja sementara mereka kalah,kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa EfekJakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, limabelas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cumakarena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antar bangsa, lagi pula PialaDunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina,India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, HaurKoneng, Nipah, Santa Cruz dan Irian,ada pula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan,dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelamditumpukan jerami selepas menuai padi.
Bila saya boleh melaporkan kepada beliau, “Keadaannya tidak terlalu banyak berubah, Pak. Berita korupsi atau penyelewengan dana masyarakat masih ada, berita tentang pencopet yang dipenjara dan perlakuan istimewa terhadap koruptor di persidangan dan di tahanan masih marak, premanisme baik oleh preman beneran maupun preman bersorban tambah ramai, mahasiswa pun kadang-kadang jadi preman, anak SMU mendidik adik-adiknya yang SMP jadi preman, orang-orang sudah biasa mengamuk di jalan, mengamuk di media, mengamuk di lapangan. Tapi ada satu hal yang mungkin agak berbeda, Pak. Bom-bom sudah jarang meledak belakangan ini. Barangkali gang Ngruki, atau gang Jamaah Islamiyah, atau Al-Qaedah, atau CIA, atau Abang Sam, sudah insyaf. Bangsa ini tak lagi butuh bantuan asing untuk merusak diri. Laporan selesai, Pak!”
Pak Taufik mestinya tambah malu sekarang.
Untuk menghibur Pak Taufik mungkin ada baiknya saya beritahu beliau—siapa tahu beliau belum dengar—“Kata ‘amok’ masuk kamus Webster, Pak! Mereka bilang kata ini pas sekali untuk mewakili perbuatan kasar dan merusak yang dilakukan satu orang atau lebih. Begitu, Pak,” kata saya.
Lucunya, kenapa mereka tidak mengadopsi juga istilah “tepa salira” ya? Kita bukan bangsa yang cuma bisa “mengamuk”, kan? Iya, kan? Iya, kan? Iya, gak sih?
Satu hal yang bikin saya benar-benar malu belakangan ini adalah pernyataan Pak Kalla tentang nilai minimal yang dibutuhkan pelajar untuk lulus ujian nasional. Beliau bilang di Singapura siswa harus punya nilai rata-rata 8 untuk lulus SMU, di Malaysia 6, dan di Indonesia 4,25. Dengan begitu, sudah jelas apabila saya ingin merekrut karyawan untuk perusahaan bus milik pribadi, lulusan mana yang bakal mengisi posisi sopir, kondektur, dan kondektur trainee, bukan?
Tapi jangan salah sangka dulu. Jelas saudara sebangsalah yang saya angkat menjadi sopir. Ada-ada saja.
Demikian tulisan ini saya tutup sebelum saya tambah malu.
Bangga Indonesia versi Orde Baru
- hafal lagu kebangsaan, lagu mengheningkan cipta lengkap dengan nama pencipta sekaligus tempo dan birama
- hafal dasar-dasar Pancasila termasuk 37 butirnya
- tahu apa itu wawasan nusantara
- hafal biodata dan diskografi chairil anwar, sutan takdir alisjahbana, marah rusli, dll
- hafal nama-nama presiden (ahhh ini paling gampang)
- hafal nama tiga menteri kabinet pembangunan
- lulus P4
- hafal pangkat eyang Ato ketika diberi mandat berjudul Supersemar
- tidak ganti saluran pas tayangan serangan G30S PKI di TV
- mencintai dan menggunakan produk dalam negeri seperti Ida Iasha yang pake Lux, Henny Purwonegoro yang pake Lifebuoy, Koeshendratmo dengan Pepsodent, dan Krisbiantoro dengan Rinso
Bangga Indonesia versi masa kini
- ikutan LSM nasional berhaluan reformasi, antiorde baru, dan berduit
- mengganti istilah mall menjadi mal, indomart menjadi indomaret, sekaligus menegakkan hukum DM untuk Mal Pondok Indah (PIM)
- mulai menutup dada dan paha perempuan muda indonesia untuk menunjukkan standar moral bangsa
- memberi julukan pahlawan devisa buat para TKI
- menolak Anggun manggung karena dadanya tidak sesuai dengan standar dada lokal, begitu juga perutnya, pahanya, pinggulnya... halah
- tetap menggunakan sutradara iklan lokal, mengingat bujet produksi yang rada-rada mefet
- mencintai dengan tulus musik dangdut dan goyang patah-patah Anissa Bahar
- tidak menikahi bule bila tak mampu
- membuka wawasan tentang hantu-hantu lokal lewat kebangkitan film nasional dan mempertebal iman bangsa lewat sinetron belatung religius
- belajar java script dengan sungguh-sungguh
Galih, sebut saja begitu namanya, seperti sekotak cokelat. Ada kalanya ia akan meleleh dalam genggaman...halah. Singkatnya, wartawan kami telah berhasil melakukan wawancara dengan salah seorang teman dekat Galih, sebut saja Victor, yang telah melewati masa-masa baik suka maupun duka bersama-sama dengan Galih semasa di Depok. Berikut petikannya, khusus untuk Anda, pembaca Donkeenews.
Apa perasaan Anda ketika pertama kali mendengar kabar bahwa Galih, sebut saja begitu, akan segera menikah?
Terkejut, Mbak. Suer! Secara Galih yang saya kenal itu jauh banget rasanya dari kata nikah. Enggak tahu kenapa kok dia tiba-tiba memilih cara itu sebagai jalan keluar.
Maksud Anda?
Begini lho, Mbak. Saya itu kenal Galih sudah lamaaaa banget. Kurang lebih delapan tahun. Nah selama delapan tahun, saya itu enggak pernah lihat tuh Galih serius untuk urusan pacaran. Padahal kalau tak perhatiin, dia itu cukup... hmm... apa ya....
Cukup apa, Mas?
Ya, cukuplah.
Cukup ganteng maksud Anda?
Yaaa...gimana ya bilangnya... ya cukupanlah. Ah, saya enggak enak ah Mbak, kalau disuruh ngomong seperti ini. Yang lain saja deh pertanyaannya.
Menurut, Anda, kira-kira Galih serius akan segera menikah?
Wah tentu... tentu. Dari dulu saya sudah tahu kalau dia itu akhirnya bakal serius menikah. Masalahnya hanya saya enggak terlalu tahu persisnya kapan dia itu bakal serius. Tapi kalau dengar kata anak-anak sih, dia beneran tuh mau serius sama yang satu ini.
Satu ini? Siapa?
Wah, ini pasti pertanyaan jebakan, iya kan? Enggak ah, no comment.
Lho, kok malah no comment?
Soalnya pertanyaan Mbak itu menyudutkan posisi saya sebagai teman dekat Galih. Masa saya dikira enggak tahu nama calon istri teman dekat saya? Sampai-sampai harus dites seperti itu. Makanya saya memilih no comment. Itu jawaban netral.
Tapi tidakkah...
Lho saya terkejut kok, Mbak. Kan saya sudah bilang tadi. Lagian saya juga tidak merasa dilangkahi kok. Hayooo tadi mau nanya itu ya? He-he-he. Wong tadi saya sudah dikasi kisi-kisinya kok sebelum masuk ke sini.
Komentar saya tentang gadis pilihan Galih, ya? Sangat baik. Orangnya supel, mudah bergaul, enak diajak ngobrol, asyik diajak bercandaan, terus asyik banget kalau diajak nyela-nyela Sofyan.
Lho, Anda sudah saling mengenal secara dekat? Seberapa dekat?
Saya sudah dua kali ketemu. Sekali pas buka puasa bareng 3 atau 4 tahun lalu. Terus tempo hari pas saya, Galih, sama Sofyan mau berangkat ke Semarang. Kita sempet ketemu sebentar di McD Gambir.
Lho, kan cuma ketemu sebentar? Kok bisa tahu sifatnya?
Sama seperti Sofyan, ini insting saya saja.
Sebagai teman termuda, paling muda malah di antara Galih dan Sofyan, apa kira-kira...
Yaaa, saya paling cuma bisa berpesan, supaya Galih cepat melupakan para... errr... semuanya dan memulai hidup yang baru, hidup yang damai, tentrem, sama calon istrinya yang ini. Yaaa mudah-mudahan Galih dan istri cepat dapat momongan.
Kira-kira kapan itu, Mas?
Secepatnya. Soalnya saya yakin Galih tidak akan buang-buang waktu. Saya jamin itu, Mbak.
Baik, kalau begitu...
Saya juga mau menambahkan, Galih itu kadang-kadang susah disuruh istirahat. Dia terlalu serius bekerja. Setiap hari itu dia selalu menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan modal buat menikah. Nah saya harap, mudah-mudahan setelah menikah, Galih bisa sedikit rileks, dan menikmati hidupnya sebagai seorang suami.
Itu saja, Mbak. Cukup?
Cukup. Terima kasih.
Sama-sama. He-he-he asyik juga ya diwawancara.
Mewawancara orang enak enggak, Mbak?
Ya begitulah, Mas. Ada suka dukanya juga.
Ya, ya, ya...
Pulangnya sendiri, Mbak? Naik apa tadi pas ke sini?
catatan: tulisan ini berseri, jadi mohon jangan disalahartikan maksud judul tulisan ini (pernikahan galih kedua)
Sebut saja Galih, rekan sekampus, teman curhat, seorang sahabat, akan segera melangsungkan pernikahan. Tentu ini menjadi sebuah prestasi tersendiri buat pria murah senyum yang sangat giat meniti karier di dunia jurnalistik ini. Selain tak punya banyak waktu yang bisa dihamburkan—berkaitan dengan pekerjaannya, Galih juga dikenal sebagai pria yang tidak mudah larut di pelukan wanita. Tipe yang sangat selektif dalam urusan asmara. Tapi cerita itu tinggal kenangan. Tak lama lagi Galih akan segera menikahi gadis pilihannya. Seorang gadis yang ditemuinya di sela-sela kesibukannya sebagai karyawan, pengajar lepas, dan aktivis organisasi.
Kabar ini tentu membuat syok beberapa pihak yang tidak menyangka masa itu akan datang begitu cepat. Namun Sofyan, juga nama samaran, tidak merasa demikian. Pria asal Tulungagung ini mengaku tak kaget ketika memperoleh kabar sedap ini. Berikut petikan hasil wawancara wartawan kami dengan sahabat kental Galih yang telah bersama-sama sejak hampir sepuluh tahun silam, hanya untuk Anda, pembaca Donkeenews.
Apa perasaan Anda ketika pertama kali mendengar kabar bahwa Galih, sebut saja begitu, akan segera menikah?
Biasa saja. Dia kan anak sulung, daripada dilangkahi si Menik (adik kandung Galih yang masih belia, cantik, putih, lumayan tinggi, buset pokoknya beda jauh ama kakaknya, dan sekarang tengah menuntaskan pendidikannya menjadi dokter gigi—Red.). Jadi memang sudah waktunya dia menikah. Dia juga sudah ngebet kayaknya.
Menurut Anda, Galih serius akan menikah?
Iya, wong dia sudah lamaran segala. Dia udah niat banget. Lihat saja jari tangannya. Perhiasan emas sudah melingkar di sana.
Tapi tidakkah ini cukup mengejutkan mengingat Anda sendiri sudah pacaran selama hampir 7 tahun dan belum menikah. Apakah ada rasa bahwa Anda dilangkahi?
Tidak. Tidak ada itu kamus langkah-langkahan. Ini (pernikahan—Red.) seperti pulang kantor. Yang pengin duluan, ya jalan saja. Yang mau nongkrong dulu, ya silakan. Terserah saja. Arbitrer. Mana suka. Hanya saja saya memilih menghindari kemacetan. Begitu filosofinya.
Lalu, bagaimana komentar Anda tentang gadis pilihan Galih?
Gadis ini sepertinya sayang banget sama Galih. Dan dia jago banget mengambil hati kawan kita itu. Sehingga, Galih jadi klepek-klepek. Dulu buat Galih, teman selalu jadi yang utama. Kasarnya begitu. Ternyata, setelah dapat yang ini, apa saja dilakukan untuk sang kekasih. Galih sudah tertambat hatinya ke wanita itu. Sudah cinta matilah. Seperti lagu Agnes Monica. Galih itu sudah mabuk kepayang.
Gadis ini juga penyabar dan tidak serabutan. Dia juga tidak boros. Itu semua tidak ada dalam diri Galih.
Apakah Galih menceritakan sendiri hal tersebut kepada Anda?
Cerita panjang lebar sih tidak. Hanya saja, gadis pilihan Galih itu sepertinya wanita lembut. Penyayang. Ini insting saya saja.
Sebagai teman yang lebih tua, jauh lebih tua dibandingkan Galih, bahkan jauh lebih tua dari kami semua, apa kira-kira nasihat atau pesan yang akan Anda sampaikan dalam kesempatan ini?
Berumah tanggalah yang baik dan benar. Itu saja. Sayangilah istri di mana pun Anda berada.
Pertanyaan terakhir. Menurut Anda, kapan kira-kira Galih-Galih kecil itu lahir?
Kalau masalah itu sih, menurut saya, Galih langsung pengin punya anak. Buat apa menunggu. Minimal kan sembilan bulan setelah kawin. Itu kalo langsung tokcer ha-ha-ha. Maksud saya, toh kedua orang tua dia juga pasti sudah pengin punya cucu. Dia juga tidak begitu banyak tanggungan.
Ada tambahan yang ingin Anda sampaikan?
Salut buat Galih. Di antara kita bertiga, dia memang satu-satunya yang sudah sanggup bikin komitmen kayak gitu. Kalau saya maunya spesial. Pengin memegang rekor pacaran terlama. Siapa tahu mendapat hadiah dari MURI, ha-ha-ha.
ck...ck...ck... kirain ogilvy cabang timor leste yang bikin.
ternyata ooh ternyata...
Type Of Advertisement: Newspaper and MagazineCategory: Travel, Transport & TourismTitle: PAPERS Advertiser: TOUCH COMMUNITY SERVICE Product or Service: EAST TIMOR TOURISM Entrant Company, City: OGILVY & MATHER, SingaporeCountry: SINGAPOREAdvertising Agency, City: OGILVY & MATHER, Singapore Country: SINGAPORE Creative Director: Tham Khai Meng/Eugene Cheong/Stuart Mills Copywriter: Eugene Cheong Art Director: Tham Khai Meng/Stuart Mills/Scott Hitchcock Photographer: Lai (Groovy) Illustrator: Scott Hitchcock Typographer: Stuart Mills/Scott Hitchcock
Type Of Advertisement: NewspaperCategory: Advertising & MediaTitle: 20 X 3 Advertiser: NATIONAL NEWSPAPERS OF IRELAND Product or Service: POWER OF PRESS Entrant Company, City: CHEMISTRY, DublinCountry: IRELANDAdvertising Agency, City: CHEMISTRY, Dublin Country: IRELAND Creative Director: Mike Garner Copywriter: Emmet Wright Art Director: Adrian Fitz-Simon
kalo seandainya... seandainya neh... gw yg bikin iklan ini, trus presentasi ke pak bos
gw:
bos, gimana ni, ok gak tuh (dengan gaya jumawa, sambil mulai nyomot kacang mete kesukaan pak bos).
minimal dapet gold-lah di citra pariwara
pak bos:
(ngelirik dikit sambil terus ngerayu kliennya di telp)
(ceklek, telp ditutup) wah mbojay, kamu digaji mahal2 cuma buat foto satu keping aja???
mbojay mbojay, suruh sam aja yg kerjain! sudah..sudah.. panggil sam (trus langsung sibuk manggil2 sekretarisnya)
gw: ha?
sebulan lewat, agensi laen dapet grand prix di cannes pake ide gw untuk produk yang sama
gw:
(dateng ke pak bos bawa print berita plus fotonya ke pak bos)
tuuuu bos liat dong... liaaaaat!
bos:
ya iya pasti dia yg menang, kan jurinya orang denmark juga
gw:
bos, droga itu org ostrali!
bos:
yaaa... sama-sama org eropa
gw: ha?
Type Of Advertisement: NewspaperCategory: Entertainment & LeisureTitle: PERISCOPE Advertiser: LEGO Product or Service: LEGO CONSTRUCTION BLOCKS Entrant Company: FCB JOHANNESBURGCountry: SOUTH AFRICAAdvertising Agency: FCB JOHANNESBURG Country: SOUTH AFRICA Creative Director: Brett Morris Copywriter: Lance Vining Art Director: Lance Vining/Charles Foley Photographer: Gerard Turnely Typographer: Lance Vining Account Supervisor: Joanne Donald Advertiser's Supervisor: Gavin Mansour
Cannes Jury Deadlocks on Press Grand Prix Vote
President David Droga Breaks Tie, Votes for Lego Ad
By Emma Hall Published: June 21, 2006
CANNES, France (AdAge.com) –- After a deadlock that caused jury president David Droga to break the tie, Lego won the press Grand Prix at the Cannes Lions International Advertising Festival with a starkly simple ad by FCB Johannesburg, South Africa.
The work was praised by Mr. Droga, who said it "brought alive the DNA of the brand, which is imagination. It's not a static piece of work, you have to look at it and participate. It explores and exploits the real essence of the brand and despite being simple it has such depth to it, and it was as strong for the jury as for the target audience of children."
Levi's stick figures
The jury was split 50-50 on the Grand Prix, and Mr. Droga was forced to step in and use his casting vote. Lego's rival for the top honor was a campaign for Levi Strauss & Co. by JWT India that simply shows a series of stick figures with a signature red "Levi's" tab stuck to their legs. The only copy read: "Slim Jeans."
"We loved Levi's for the same reasons," Mr Droga said. "It's pure, simple and very brave for the category because it bucks the trends of the fashion imagery by being so brutally simple. I imagine it has amazing standout."
A U.S. campaign for 42Below vodka by Saatchi & Saatchi, New York, made it to an original shortlist of six early contenders for the Grand Prix. The work, which took home a Gold Lion, also adhered to the simplicity principle. It features a series of black-and-white line drawings telling stories of various encounters between individuals.
Mr. Droga made the point that the two best press ads were probably the cheapest to make. (hahaha tuuuu kan buat apa nyewa agensi yang mahal? lho? hehehe)
Other Grand Prix contenders
The other three Grand Prix contenders were a campaign for Kodak by Ogilvy & Mather in Bangkok, Thailand; a campaign for National Newspapers of Ireland by Chemistry in Dublin; and a campaign for Mapa Spontex gloves by TBWA Paris.
Overall, the U.S. performance in the press category was disappointing, with only one Gold out of 11 awarded, no Silvers and three Bronze Lions out of 48 awarded. The Bronze Lion winners were "Pocket" for Procter & Gamble Co.'s Tide to Go stain removal pen by Saatchi & Saatchi, New York; a Harley Davidson parts and accessories campaign by Carmichael Lynch, Minneapolis, and a campaign for the American Legacy Foundation by Arnold Worldwide, Boston.
The U.K., usually one of the strongest players in the press category, also had a disappointing year. It won no Golds at all, four Silvers and three Bronze Lions. DDB, London, was the most competitive U.K. agency, but this year its traditionally strong work for Volkswagen (one Silver), department store Harvey Nichols (one Bronze) and Unilever's Marmite (one Silver) failed to reach the gold standard.
Jeremy Craigen, executive creative director of DDB, London, and one of the judges, explained, "Press wasn't that strong in the U.K. this year and the good work that we did do didn't have international appeal."
Critical of judging process
Mr. Craigen was openly disillusioned with the judging process. He said, "There were some judges there who have never done a decent ad in their lives, and they are the most vocal. It's too easy in press to cheat the system and do one ad that you can run somewhere. We do our clients a disservice by doing scam ads to make us famous and not working hard enough on the stuff that runs."
Mr. Droga added, "This was not the greatest print year ever. We handed out less golds and more bronzes than usual. But that shouldn't detract from the winners."
best print (emas, perak, dan perunggu) daun muda award versi cannes.
oiya met ultah jakarta!
gak penting sih diinget, cuman kebetulan sama b'day temen kantor
bukan buat njiplak, bukan, cuman mo dulu2an ngedonlod aja ama temen sekantor.
btw pengumuman best printnya baru besok malem, untuk sementara gw pamerin sebagian hasil kerja keras hari ini :D . lebi lengkap simak canneslions outdoor winner.
heat heat hooray!!!
dua jagoan menang di minggu yg sama. artinya tinggal satu lagi pertandingan besar yg wajib ditonton minggu ini. belanda vs argentina ntar malem. semoga saja pasukan oranye yg menang. biar gw tetap semangat upload lagu (lho?).
hokeh... selanjutkan kami tampilnya hiburan kesenian buat pencinta heat kali ini adalah... unbelievable!!! yeeehaa... hip hip.. (kok rasa2nya cuma gw yg doyan lagu ini?)
ehm... jadi biar semua org bisa ikutan seneng, ini link mp3 theme song PD jerman, buat yg udah punya, ya selamat, buat yg blom... ini celebrate the day. ehm.. selamat menikmati
waaaaaaaaaaaaa link pertama gw!!!
janji bang pi'i
Suatu saat ia akan pergi ke Bali
Istrinya bertanya, “Akankah aku kau ajak pergi”
Bang Pi’i mengiyakan, tapi batinnya bilang, “Aku pergi sendiri!”
Saatnya tiba, Bang Pi’i berangkat
Tanpa restu istri dan anak-anak, dia nekat
Berangkat sendiri ke Pulau Bali
“Hei Bali, ini akuuuuu, Pi’iiiiiiii!”
Separuh tabungan dipertaruhkan
Buat Pi’i menginap dua malam
Di hotel megah tak jauh dari Legian
Kuta-Legian, Legian-Kuta, Bang Pi’i jalan-jalan