Blog

Transformers

Jujur, pertama kali nonton, saya tidak terpikir sama sekali untuk membuat catatan tentang film ini. Bukan berarti saya tidak terlalu tertarik, bukan begitu. Film aksi dengan tema ringan ini adalah tontonan yang taat pakem Hollywood: heboh, mencengangkan, dan promosi gila-gilaan. Pesan moral? Ya, pastinya sih ada. Tapi,... ya gitu dey. Kejahatan pasti tumpas oleh kebaikan... kesalahan tumpas oleh kebenaran... halah. Tapi kita semua sudah tahu itu. Jadi, tidak perlulah kita berpanjang-panjang mengumbar nafsu mencela film Hollywood yang satu ini dengan pendekatan sosiologi, sastra, apalagi filsafat, seperti komentar mas... errr... mas anu di blog anu....

Yang menarik dan yang paling sensasional seharusnya adalah Michael Bay. Dia konsisten menciptakan film yang dikutuk semua kritikus tapi dicintai berjuta-juta penonton. Film terakhirnya sebelum Transformers, The Island, adalah film luar biasa. Semua khayalan tingkat tinggi nan mutakhir ada di sana. Kloning, motor terbang, virtual reality, sampai Scarlett Johansson (nama yang disebut terakhir termasuk khayalan juga kok). Sebelumnya lagi ada Bad Boys II yang penuh aksi. Lalu Pearl Harbor, ah ini film cinta-cintaan sepanjang dua setengah jam. Armageddon, The Rock, Bad Boys.... Saya rasa saya adalah fans berat film-film Pak Michael. Di mata saya, tidak ada yang tercela dari teknik pengambilan gambar, tata cahaya, pewarnaan, aksi kejar-kejaran, dan efek-efek khusus bikinan dia. Majalah Rolling Stone memberi judul artikelnya, Michael Bay: Fast Cars, Hot Blondes, Big Budgets, Bigger Explosions. Judul yang sangat pas, menurut saya.

Michael Bay adalah objek yang sangat menarik, dan jauh lebih menarik ketimbang sajian pesona masa kecil: mobil jadi robot, itu sendiri. Di satu sisi, dia adalah sutradara iklan yang sukses di masanya (kampanye iklan "Got Milk" adalah kreasinya) dan pada 1995 dia memperoleh Commercial Director of the Year. Prestasi terakhirnya tentu adalah Transformers yang memperoleh laba US$ 153 juta pada minggu pertama, alias mengungguli prestasi film Spider-Man I. Sementara di sisi lain, Rotten Tomatoes, sebuah situs di Internet yang memuat ulasan tentang film menulis: “He just piles on and plows ahead: big, dumb and loud. Doesn't matter if his star is Bruce Willis, Ben Affleck or a giant robot that turns into a truck, Bay renders them all irrelevant with his sun-baked cinematography and ever-swaying camera.”

Tapi toh tetap saja, yang dikutuk kutukus... eh kritikus... adalah kesayangan penonton. Buktinya, setelah bersusah payah berebut tempat dengan jutaan anak sekolah di semua gedung bioskop di Jakarta untuk menyaksikan robot-robot itu, saya sekarang kok malah kepengin belajar memotret objek sembari menantang matahari... eh apa istilahnya?... sun-baked photography?... cool. :)

Catatan: buat mas anu dari blog anu... peace! hehehe

3 comments:

STAR said...

ciee.. nonton dg sapa ni..?
eh.., blog anu nya mas anu itu sapa si..? ketebak nggak ya ma gw..?

Unknown said...

tadinya siii mo ngajak... errrr... eh tapi gak jadi. soalnya doi kuliah pas wiken.

Anonymous said...

penonton maunya film yang seru, critics maunya film yang berbobot. tapi Transformers keren bgt - daripada Bad Boys 2!