Musik dan fashion adalah dua hal. Meskipun seringkali bertautan atas nama citra, musik dan fashion adalah dua hal. Beethoven adalah musik dan Fendi adalah fashion.
Laiknya juga tulisan ini, selalu ada misi yang dibawakan musisi kala bermusik. Ada yang meneriakkan protes, ada yang merajuk karena patah hati, dan ada pula yang malu-malu meniup ajakan untuk mencoba zat psikotropika. Apa pun itu, selalu ada misi yang terselip di antara nada dan kata-kata. Orion milik Metallica tidak dibubuhi kata-kata dalam komposisinya selain judul itu sendiri. Tapi kita bisa dengan mudah memaknainya.
Musisi yang menamakan musiknya rock n’ roll juga punya misi. Begitu pula blues, jazz, dan punk. Semua jenis musik itu timbul atas nama perlawanan. Perbedaan kelas adalah yang lazim diperjuangkan mengingat masa kemunculan jenis-jenis musik tersebut. Yang paling ngotot mungkin adalah jenis musik punk. Seperti juga Orion, sejatinya musik Sex Pistols tidak butuh syair untuk ikut-ikutan berteriak protes. Tanpa lirik sekalipun, Anarchy in the UK adalah protes. Protes itu sudah santer terasa lewat beat, melodi, dan gelegar ampli yang rasanya tidak melibatkan sound engineer paling top kala itu. Dan nuansa “punk”, musik punk, gairah punk, dan perlawanan punk sudah lengkap sampai di situ. Titik.
***
Tentu saya tidak akan protes bila Johnny, Syd, dan teman-teman memilih menggunakan jaket hitam kumal saat di panggung. Toh siapa pula yang bisa melarang “Joko Lydon” mencukur rambutnya nyaris plontos dan merekatkan sisanya kuat-kuat sehingga bisa berdiri seperti paku? Atau melarang “Billy Idle” berbusana ala sadomasokis? Dan bila bertahun sebelumnya ada empat cowok manis dengan potongan rambut salon, menggunakan jas nyaris seragam, dan mengenalkan rock n’ roll, siapalah mereka yang berhak meradang marah? Toh saya percaya Steve Jones yang telanjang pun adalah punk dan McCartney yang manis adalah penulis besar.
No comments:
Post a Comment