Blog

perahu
menurut hasil survei di kantor, gambar ini biasa2 aja. si abi gak komen, si ida malah nanya foto dia pas di solo, moreno cuma ngelirik sebentar sambil nerusin ngepel, heru trihatmodjo cuma nanya "pake speed berapa tu?"... gw tau sih, sebenernya dia cuma basa-basi. tapi ntah kenapa kok gw tetep suka gambar ini. mungkin karena lokasi motretnya. atau mungkin karena wiken besok mo ke p seribu lagi hehehe. ngiler di pasir emang gak ada duanya. dan pulangnya... pasti ada puluhan gambar gak jelas kayak gini lagi hehehehe. btw, buat abi, ini gambar ombak. hmm...

beberapa hal yang gak ada di sini adalah pusing, deadline, dan dering telepon
surabaya "garage sale" :)

catatan buat "surabaya 'garage sale'"

pertama kali motret rada "serius" dengan modal satu lampu neon.
lokasi di dalam garasi di belakang colours cafe, surabaya.
tengkyu buat lita yang mau jadi model "serius" (sampe naik2 meja segala).


special thanks: sigma 28mm/f1,8: si kecil imut yang berisik tapi nendhyang!
jogja "metal madness" : )
...
....
vs beatles

Musik dan fashion adalah dua hal. Meskipun seringkali bertautan atas nama citra, musik dan fashion adalah dua hal. Beethoven adalah musik dan Fendi adalah fashion.

***

Laiknya juga tulisan ini, selalu ada misi yang dibawakan musisi kala bermusik. Ada yang meneriakkan protes, ada yang merajuk karena patah hati, dan ada pula yang malu-malu meniup ajakan untuk mencoba zat psikotropika. Apa pun itu, selalu ada misi yang terselip di antara nada dan kata-kata. Orion milik Metallica tidak dibubuhi kata-kata dalam komposisinya selain judul itu sendiri. Tapi kita bisa dengan mudah memaknainya.

Musisi yang menamakan musiknya rock n’ roll juga punya misi. Begitu pula blues, jazz, dan punk. Semua jenis musik itu timbul atas nama perlawanan. Perbedaan kelas adalah yang lazim diperjuangkan mengingat masa kemunculan jenis-jenis musik tersebut. Yang paling ngotot mungkin adalah jenis musik punk. Seperti juga Orion, sejatinya musik Sex Pistols tidak butuh syair untuk ikut-ikutan berteriak protes. Tanpa lirik sekalipun, Anarchy in the UK adalah protes. Protes itu sudah santer terasa lewat beat, melodi, dan gelegar ampli yang rasanya tidak melibatkan sound engineer paling top kala itu. Dan nuansa “punk”, musik punk, gairah punk, dan perlawanan punk sudah lengkap sampai di situ. Titik.

***

Tentu saya tidak akan protes bila Johnny, Syd, dan teman-teman memilih menggunakan jaket hitam kumal saat di panggung. Toh siapa pula yang bisa melarang “Joko Lydon” mencukur rambutnya nyaris plontos dan merekatkan sisanya kuat-kuat sehingga bisa berdiri seperti paku? Atau melarang “Billy Idle” berbusana ala sadomasokis? Dan bila bertahun sebelumnya ada empat cowok manis dengan potongan rambut salon, menggunakan jas nyaris seragam, dan mengenalkan rock n’ roll, siapalah mereka yang berhak meradang marah? Toh saya percaya Steve Jones yang telanjang pun adalah punk dan McCartney yang manis adalah penulis besar.

Tapi saya benar-benar dibuat terkejut oleh tingkah badut-badut yang sama sekali tidak bisa bermusik, memetik gitar sekenanya, menyanyi dengan nada sumbang, bergoyang dengan gaya seadanya, dan mengaku Beatlemania, beberapa waktu lalu. Pesolek-pesolek itu tidak pantas mendapat tepuk tangan. Pesolek-pesolek itu harusnya diberi cermin dan dibiarkan berlama-lama mematut-matut dirinya. Diberi bedak dan gincu bila perlu. Konyolnya, para pendengar di situ seperti tidak peduli bunyi apa yang keluar dari tenggorokan dan ampli mereka. Mungkin karena mereka jarang datang ke konser musik atau benar-benar haus hiburan (tapi menolak nonton sinetron karena merasa dirinya terlalu pintar, tidak gampang dibodohi, wahai mereka sang hyang mahakritis). Ini festival musik, Bung! Bukan kontes mirip bintang buat badut seperti mereka!

NB: buat anak punk bau kencur kemaren sore yang berlagak di depan mal dengan pin Nazi di saku kanan jaketnya, seharusnya dia tahu: bahkan anjing pun benci Hitler saat itu.

Concept…concept… siapa?

Gw jatuh cinta. Majalah concept edisi 16 benar-benar meruntuhkan iman melelehkan hati. Covernya… ciamik. Tebelnya… pas di genggaman. Mastheadnya… alleluia! Aduuuh bener-bener bikin bola mata berbinar-binar… pipi merona…. jantung degdegan tak menentu… udah gitu… ih ya ampun setelah masthead… layoutnya mak jaaaaaang…. topnya pol!

Conceptnya udah nyampe dari kemaren sore. Masih di meja kantor. Masih blom berani liat isinya lagi. Takut syok. Haduh pokoknya eleuh-eleuhlah (kalo kata parakanians di kantor “admit… admit… branch baby dah”. Sebenernya ada satu alasan lagi kenapa gw blom buka… Gw kan gak langganan concept. Biasanya kan beli di gunung agung arion. Sekretaris kantor juga gak ngaku kalo dia yg beliin gw. Nah lo.

Catatan: sampe besok kalo gak ada yg ngaku, gw boleh klaim dong. eh boleh kan?... boleh dong. Sebelumnya makasih buat yg salah kirim. Love u full! hihihihi

telefonika