Parjo dan teman-teman adalah orang yang terkenal paling dungu di Kampung Buyan. Preman kampung menaikkan pajak jalan kampung semena-mena, tapi mereka diam.
Di TV, di koran di toilet, orang-orang berteriak lantang menyoal ulah para preman.
Preman bilang, jangan lewat jalan kampung kalau tak punya uang, gampang kan?
sepekan...
sebulan...
dua bulan...
... dan Parjo serta teman-teman yang terkenal paling dungu di Kampung Buyan akhirnya ikhlas bayar pajak kepada para preman.
Di TV... orang-orang berteriak lantang menyoal goyangan pantat seorang biduan...
Mungkin 10 tahun atau 20 tahun lagi Anda akan menemukan papan reklame saat menyelam di antara terumbu karang.
Sebenarnya sih saya tidak anti-anti amat sama iklan (ya iyalaaaaah... hehehe) cuman ya mbok yao. Mosok motret jalan kecil dengan latar Gunung Lawu di Magetan saja kok ya susah bener. Kalo dapet sudut yang pas, papan reklame Djarum segede gambreng di tengah jalan terpaksa in frame. Kalo sudut pengambilan gambarnya diubah enggak pake iklan, komposisinya malah aneh. Serba salah.
Tapi iklan memang sudah merajalela. Dari pagi-pagi bangun tidur sampai tengah malam pas mo tidur lagi, entah ada berapa banyak banyak iklan yang sudah kita lihat. Dalam satu hari saya bisa menemukan sepuluh (bahkan lebih) varian kampanye Untung Beliung BRItama di berbagai media: radio, media cetak, TV, dan papan reklame.
Iklan peraih perak di Pinasthika Award 2006.
Nggak Ada Loe, Agency: Indra Triwahyudy Yogyakarta