Blog

louder than love...
makromania


short term memory

Parjo dan teman-teman adalah orang yang terkenal paling dungu di Kampung Buyan. Preman kampung menaikkan pajak jalan kampung semena-mena, tapi mereka diam.
Di TV, di koran di toilet, orang-orang berteriak lantang menyoal ulah para preman.
Preman bilang, jangan lewat jalan kampung kalau tak punya uang, gampang kan?

Di TV, di koran di toilet, orang-orang masih berteriak lantang menyoal ulah para preman....
sepekan...
sebulan...
dua bulan...
... dan Parjo serta teman-teman yang terkenal paling dungu di Kampung Buyan akhirnya ikhlas bayar pajak kepada para preman.

Di TV... orang-orang berteriak lantang menyoal goyangan pantat seorang biduan...

(all) you CAN act!
oleh2 urban fest
viva biuti soooot! :)


green tinted sixties mind

WHAT??!
sayonara 27 club
bukan berarti gw gak cinta kalian...
love you full brian, jimi, janis, jim, and k
urt hihihi
buat godick yang bilang dia punya all access card buat show avenged sevenfold tempo hari tapi lupa bilang gw, karena dia pikir gw gak doyan metal. anjrit! gw masih susah tidur sampe skrg. anjrit!

Papan reklame dan tukang foto

Mungkin 10 tahun atau 20 tahun lagi Anda akan menemukan papan reklame saat menyelam di antara terumbu karang.

Pemanfaatan media iklan luar ruang sudah luar biasa hebat. Jika 20 tahun silam media luar ruang hanya berarti papan reklame ditambah spanduk dan umbul-umbul, maka saat ini media luar ruang itu bisa berupa neonsign, neonbox, TV plasma 360 derajat, bus ad, bus shelters, airport, taxi displays, shopping malls, dan lain-lain. Nah tulisan ini bisa jadi tambah serius dan mirip-mirip artikel di majalah Swa bila diteruskan... :)

Sebenarnya sih saya tidak anti-anti amat sama iklan (ya iyalaaaaah... hehehe) cuman ya mbok yao. Mosok motret jalan kecil dengan latar Gunung Lawu di Magetan saja kok ya susah bener. Kalo dapet sudut yang pas, papan reklame Djarum segede gambreng di tengah jalan terpaksa in frame. Kalo sudut pengambilan gambarnya diubah enggak pake iklan, komposisinya malah aneh. Serba salah.

Tapi iklan memang sudah merajalela. Dari pagi-pagi bangun tidur sampai tengah malam pas mo tidur lagi, entah ada berapa banyak banyak iklan yang sudah kita lihat. Dalam satu hari saya bisa menemukan sepuluh (bahkan lebih) varian kampanye Untung Beliung BRItama di berbagai media: radio, media cetak, TV, dan papan reklame.

Seorang teman pernah bilang, satu-satunya tempat tanpa iklan adalah tempat pemakaman umum. Saat itu saya mengangguk-angguk mengiyakan, karena kalo dipikir-pikir memang tidak ada produk yang beriklan di TPU. Terus terang saya juga tidak tahu kenapa tidak ada produk yang beriklan di situ, padahal rasa-rasanya lokasi di sekitar kuburan termasuk lokasi dengan “rating” bagus di hari-hari tertentu. Mencari “produk” yang relevan dengan lokasi ini rasanya tidak susah-susah amat. Minimal iklan layanan masyarakat bisa mejeng di situ. Nah, tapi sampai sekarang sepertinya belum ada yang kepikiran berkampanye di kuburan. Setahu saya sih belum ada. Tapi kalo pun memang tidak ada, siapa pula yang mo terus-terusan motret di kuburan?

Iklan peraih perak di Pinasthika Award 2006.
Nggak Ada Loe, Agency: Indra Triwahyudy Yogyakarta