Blog

300 oh 300

Film sepanjang 30 menit itu benar-benar jadi vitamin buat mata. Parade compositing di atas blue screen, pamer high speed camera, shift focus kiri-kanan depan-belakang, gonta-ganti zoom, full grainy, banci detail, oil painting background, dan full “anjing” (gw kebetulan nonton bareng dua editor postpro. Gak terlalu cantik sih, tapi mereka berdua adalah pilihan yg menurut gw tepat sebagai teman nonton film ini. Masalahnya cuman satu, kami terlalu banyak... “anjing”)

Anjing pertama adalah saat si kuda jingkrak di depan gedung berpilar itu.

Anjing kedua adalah saat si oracle menari dengan asap menggantung (anj.........ng).

Anjing ketiga untuk kapal-kapal Persia yang diombang-ambing ombak.

Tulisan ini akan terlalu banyak menggunakan kata anjing bila diteruskan, dan itu tidak baik untuk pembaca cerdas seperti Anda, dan penulis santun seperti saya.

Pesan saya, janganlah membebani Pak Zack, yang biasanya "cuma" jadi tukang bikin iklan dan "cuma pernah" jadi jawara festival iklan Clio serta Cannes itu, dengan menaruh harapan terlalu "besar" bahwa ia akan menghasilkan film populer (baca: apa saja asal sesuai formula/resep dan semua senang—persis kayak musik Indonesia). 300 tidak diproduksi untuk membuat Anda menangis, atau mendadak bangga ketika menemukan kedalaman pesan. 300 hanya pesta warna gosong plus dodge and burn di atas seluloid selama... 30 menit, kan? Mosok sih sampe 2 jam? Terlalu pendek, memang.

Semua cuplikan gambar diambil dari sini.

No comments: